Jumat, 12 September 2014

SEJARAH BERDIRINYA DESA BANUA - KINTAMANI, BANGLI




  1. Sejarah Desa Banua
Desa Banua merupakan desa yang terletak di kabupaten Bangli, kecamatan Kintamani. Desa Banua sebagai desa yang dibilang kecil mempunyai satu dusun yaitu dusun Banua, sepintas terlihat potensi hanya berpenghasilan jeruk karena terletak diaerah yang dingin dan tanah berair tapi nyatanya banyak potensi yang terdapat di desa Banua. Melihat kondisi Desa Banua yang demikian maka warga masyarakat sangat aman dan damai.
Berdasarkan pertemuan desa Banua dan Puri Kayubihi pada saat diundang dalam acara pemlaspas, sejarah Desa Banua dimulai pada zaman Kerajaan Bangli, pasa masa itu kondisi demografi di Bangli memiliki penduduk yang sangat sedikit. Dengan keadaan yang demikian tidak ada masyarakat Bangli yang bersedia untuk mendiami (tinggal) di Desa Banua. Masyarakat di Bangli enggan tinggal di tanah Banua karena desa Banua merupakan desa yang letaknya paling ujung kelod (utara) dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Gianyar.
Dari kondisi tersebut kemudian Raja Bangli mengutus rakyat dari Desa Kayu Bihi untuk mendiami (tinggal) di desa Banua. Berdasarkan kesepakatan tersebut yaitu antara Raja Bangli dengan masyarakat desa Kayu Bihi, akhirnya mereka bersedia untuk tinggal dan mendiami desa Banua. Karena merupakan hasil kesepakan  atau “kabanuan” maka desa ini dikenal dengan nama “Desa Banua”.
Selanjutnya pada tahun 1960 desa Banua menganut system pemerintahan “kelian manca” system pemerintahan ini merupakan system pemerintahan gabungan dari 5 desa antara lain ; desa Banua, desa Katung, desa Abuan, desa Mangguh dan desa Bayung Gede dan pusat pemerintahannya terletak di Desa Bayung Gede. Kemudian pada tahun 1967 karena pemerintahan tidak berjalan dengan baik / vacuum, kelima desa anggota “kelian manca” tersebut sepakat untuk memisahkan diri menjadi desa mandiri.


Rabu, 19 Februari 2014

Resensi Buku Runtuhnya Hindia Belanda (Onghokham)



NAMA           : NI PUTU TIKA INDRAYANTI
NIM               : 1114023002
SEMESTER     : V/A


IDENTITAS BUKU

Judul                          : Runtuhnya Hindia Belanda
Penulis                        : Onghokham
Penerbit                      : PT GRAMEDIA, Jakarta
Tahun terbit              : 1989
Tebal buku                : 287 halaman.
Kategori                     : Sejarah Politik
Riwayat penulis         :
Onghokham adalah dosen pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, dan kemudian memperoleh gelar doctor (Ph.D.) di bidang sejarah dari Universitas Yale, Amerika Serikat, tahun 1975. Disaping itu, telah menghasilkan buku berjudul Negara dan Rakyat (Pustaka Sinar Harapan, 1983) yang merupakan kumpulan tulisannya.
Review :
Saya memilih untuk menulis resensi “runtuhnya hindia belanda” karena buku tersebut adalah skripsinya saat dia menjadi mahasiswa jurusan sejarah Universitas Indonesia. Onghokham menggunakan paradigma historiografi kolonial—penulisan sejarah yang dilihat dari sudut “nederlandocentris”—bukan penulisan sejarah indonesia dari sudut indonesia centris yang lebih sering digunakan. Didalamnya banyak sekali info (fakta) sejarah yang (hampir) tidak pernah dibicarakan dalam pelajaran sejarah, seharusnya buku ini jadi bacaan wajib para pelajar Indonesia. Bagian terakhir dari buku ini sangat sangat sangat menarik karena Onghokham memberikan kronologi hari-hari terakhir pemerintah hindia belanda berkuasa dengan gaya bercerita yang dramatis.
Salah satu hal yang saya ketahui bahwa indonesia dijajah belanda bukan selama 3,5 abad tetapi sekitar seratus tahun lebih, indonesia secara resmi dijajah pemerintah hindia belanda tahun 1930 (pemberlakuan taman paksa oleh gubernur jenderal van de bosch) sampai tahun 1942—pemerintah hindia belanda menyerah kepada jepang. Namun menurut Onghokham, sejak 1942, indonesia dapat dikatakan selalu dalam keadaan “vivere pericoloso” atau transisi, revolusi, perang saudara, konfrontasi dengan belanda tentang irian, inflasi, konfiskasi milik belanda yang berarti pengambilalihan ekonomi kolonial ke tangan indonesia dengan segala akibatnya, seperti inflasi, pemotongan uang (sanering) dan lain sebagainya. Keadaan ini mungkin akan berlaku sampai 1972 (oil boom prices).
Buku ini secara jelas banyak membahas mengenai menyerahnya belanda kepada Jepang pada bulan Maret 1942 teah dianggap sebagai titik terakhir dari kekuasaan kolonialnya di Indonesia yang telah berlangsung selama tiga abad. Namun tanpa peristiwa itu pun, sesungguhnya awal dari proses runtuhnya kekuasaan colonial Belanda di Indonesia telah Nampak sejak permulaan abad ini ketika benih-benih nasionalisme Indonesia modern mulai menampakkan dirinya. Proses itu makin nyata pada pertengahan tahun 1920-an hingga awal tahun 1940-an dengan munculnya aspirasi dan gerakan-gerakan nasionalis yang dengan tegas menuntut kemerdekaan Indonesia. Situasi Internasional yang ditandai oleh Perang Dunia II, melalui dimana Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia selama tiga setengah tahun, hanyalah merupakan factor yang mempercepat proses keruntuhan tersebut yang sudah berakar jauh sebelumnya.
Dalam buku ini, DR. Onghokham menguraikan proses tersebut dengan menganalisis berbagai factor yang mempengaruhinya, baik factor dalam negeri Indonesia maupun factor-faktor Internasional, termasuk juga perkmbangan politik di Negeri Belanda Sendiri.
Kekayaan informasi dan analisis kritis yang terkandung didalamnya, membuat buku ini perlu dibaca oleh mereka-mereka yang ingin mempelajari seuatu periode yang sangat menentukan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Substansi/ isi :
Bab I  Jepang di Asia Timur
Membahas mengenai “Jepang di Asia Timur” yang banyak menceritakan tentang kekuasaan Jepang dikawasan Asia Timur. Dimana pemerintah Hindia-Belanda selalu waspada dan khawatir akan kemungkinan serbuan dari pihak Jepang. Jepang selalu dipandang sebagai musuh yang paling berbahaya sekalipun belum pernah ada perang antara Hindia-Belanda dengan Jepang. Disamping itu Jepang sendiri merupakan Negara yang miskin akan bahan-bahan mentah dan pertambangan, sehingga Jepang berupaya untuk mencari pasar-pasar baru untuk menunjang perkembangan industrinya. Kemudian Jepang melakukan Politik Ekspansi yang sudah dimulai pada akhir abad ke-19 dengan kemenangan Jepang atas Cina dalam perang Cina-Jepang yang pertama (1895) dan puncak kedua dalam perang Rusia-Jepang (1905).
            Tetapi dari tahun 1920 sampai 1930 negara-negara Barat berhasil mengekang Jepang. Pada tahun itu Jepang mengalami kesalahan-kesalahan diplomatic di lapangan internasional. Kekuatan Negara-negara barat agak terlalu besar untuk dihadapi dan Jepang sendiri. Pada tahun 1930 di Jepang terjadi perubahan politik yang besar. Tujuan pertama dari politik ini adalah Manchuria, yang status internasionalnya pada waktu itu dapat diragukan. Ekspasi di Manchuria ini merupakan permulaan peperangan di Cina, memburuknya hubungan-hubungan antar Jepang di satu pihak dan Amerika serta Inggris dilain pihak dan juga membawa banyak kesukaran seperti konflik-konflik perbatasan yang mempunyai arti perang dalam skala militer dengan Rusia. Melalui Anti-Comintern Pact Jepang bersekutu dengan Jerman dan Italia, tetapi persekutuan ini tidak pernah terlalu berhasil dan hanya sebagai imbangan terhadap Rusia dengan siapa Jepang mengadakan Perang perbatasan dalam skala militer yang besar.
Bab II BEAMBTEN STAAT NEGARA KOLONIAL
Tuntutan-tuntutan dan aksi gerakan rakyat Indonesia yang berpuncak pada pemberontakan 1926-1927 serta aksi PNI di bawah Ir. Soekarno dan Perhimpunan Indonesia di bawah Hatta cs menyebabkan kekecewaan di kalangan Belanda liberal dan etis.
Laporan-laporan dari penelitian-penelitian para sarjana mengenai masyarakat atau gerak-geriknya masyarakat sering menimbulkan pertentangan-pertentangan politis dan idiologis hebat di kalangan pemerintahan.
Ketika tali hubungan antara pamong praja dan Belanda putusbdengan masuknya Jepang, pamong praja juga harus membayar untu masa colonial. Petani-petani berdiri, melakukan pemberontakan-pemberontakan di beberapa tempat menyerbu dan membunuh orang-orang pamong praja, sampai pada saat “ tata tenteram” dikembalikan lagi oleh jepang. Penindasan-penindasan dari pemerintah colonial memang ada dan yang lebih menghawatirkan adalah bahwa politik penindasan ini bersifat “menghabiskan cendekiawan Indonesiadi kalangan nasionalis”. Dengan adanya penindasan “ preventif” ini maka dapat kita mengerti bhawa tahun 1930-an merupakan tahun-tahun sepi dari pergerakan nasional dan kemacetan-kemacetan masyarakat, tidak saja disebabkan oleh sifat-sifat agrarisnya tetapi juga oleh sifat-sifat kolonialnya. Disini tiap-tiap calon pemimpin masyarakat seperti,Soekarno, Hatta, Tjipto, Sjahrir dan lain-lain dibuang dan ditindas bersama-sama dengan perkumpulannya dan teman-temanya.

Bab III KONFLIK KOLONIAL (1940-1941)
Pergerakan Nasional 1940-1941
Terdapat perbedaan antara sifat pergerakan 1930-an – 1940-an dengan pergerakan nasional tahun 1920-an. Pertama-tama pergerakan ini meninggalkan prinsip non-kooperasi, jadinya menerima jabatan-jabatan sebagai wakil-wakil dewan rakyat dan lain-lain. Sifat kepemimpinanya berubah, tidak ada lagi demagogen rakyat atau tokoh-tokoh yang dapat berpidato di depan rakyat sperti Soekarno dan Tjokroaminoto dalam tahun-tahun yang lalu.
Kekuatan regim colonial dalam penindasan-penindasan dan perlakuannya terhadap pergerakan mungkin menyebabkan “pengaguman” terhadap “Barat yang kuat” ini dan usaha identifikasi diri bangsa yang dijajah oleh penjajah. Pada akhir-akhir pemerintahan Hindia-Belanda ini ada unsure lain yang tidak kurang kuatnya yaitu sumpah pemuda 1928. Sumpah Pemuda 1928 ini akan menemukan terus-menerus dan secara hebat perasaan persatuan nasional yang semakin meningkat pada semua kalangan Indonesia yang dapat dilihat pada waktu itu.
Bab IV HUBUNGAN PEMERINTAH HINDIAN BELANDA
Pergerakan Nasional 1940-1942 (Maret)
            Zaman perang menciptakan banyak persoalan khususnya bagi pemerintah Hindia-Belanda. Juga dalam hal hubungan dengan pergerakan nasional Indonesia dan dengan masyarakat Indonesia pada umunya.
Karena tuntutan-tuntutan dan berbagai aksi maka pada akhirnya pemerintah sebagai geste membentuk Komisi Visman untuk mengumpulkan pendapat-pendapat dan cita-cita politik, social, dan lain-lain dari masyarakat. Pada aakhirnya Komisi Visma menghasilkan suatu laporan dalam dua jilid setebal kira-kira 700 halaman tentang tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan Indonesia yang terbit tahun 1942 beberapa minggu sebelum pendudukan Jepang.
Bab V HINDIA BELANDA MENGHADAPI PERANG
Pada tanggal 7 Desember angkatan udara Jepang yang diberangkatkan dari kapal-kapal induk yang mendekati Pearl Harbour melemparkan bom-bomnya dan kapal selamnya melancarkan torpedo-terpedo atas kapal-kapal perang Amerika Serikat yang terdiri dari kapal-kapal induk dan perusak. Sebagian kapal tersebut ditenggelamkan atau terbakar habis termasuk  kapal terbang dan persediaan minyak. Dalam beberapa jam serangan udara dari Jepang, Kekuatan Amerika Serikat di Timur Jauh dapat di katakana lumpuh.
Kerajaan Belanda atau Hindia-Belanda memberikan reaksi pertama atas serangan di Pearl Harbour sebelum sekutu-sekutu yang lain menyatakan perang secara resmi serinng menjadi bahan kritikan bagi sebagian masyarakat Belanda. Belanda bertindak tergesa-gesa karena ingin menghilangkan sikap keragu-raguan sekutu terhadap Hindia-Belanda.
Penarikan mundur pasukuan dikatakan demi “taktik strategi militer untuk lebih menyerang Jepang”. Tersangkutnya Hindia Belanda secara erat dengan negeri Belanda dalam lapangan teknis ekonomi dan mili ter memberikan kedudukan jelek padanya. Dalam keadaan ini Hindia Belanda memasuki perang modern melawan Jepang.
Bab VI  RUNTUHNYA HINDIA BELANDA
Pada tanggal 10 Desember 1941 Cavite diserang dari udara dimana ternyata pertahanan udara Amerika Serikat sama sekali tidak berdaya dan tidak berfungsi dan sekali lagi pesawat-pesawat tersebut hancur dan menimbulkan kerugian-kerugian.
Keretakan hubungan Indonesia – Belanda dan debacle penguasaan Barat di Asia Tenggara (Indonesia)menyebabkan runtuhnya Hindia –Belanda.
Kritik :
ü  Kekurangan     :
Yang menjadi kelemahan dalam buku ini adalah tidak ada pengantar dari orang ahli untuk menjelaskan secara singkat mengenai isi dari buku ini.     
ü  Kekuatan :
Yang menjadi kekuatan dari buku ini adalah buku ini memang memusatkan perhatian pada masa-masa akhir dari kekuasaan Belanda di Indonesia yaitu menjelang Perang Dunia Kedua hingga saat menyerahnya Belanda kepada Jepang di Indonesia pada bulan Maret 1942, namun sebagai latar belakang diuraikan juga situasi di Hindia Belanda sejak permulaan abad 1920 hingga akhir tahun 1930-an. Sehingga bisa memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai munculnya aspirasi-aspirasi nasionalisme Indonesia dan gerakan-gerakan nasional tahun 1920-an dan 1930-an guna mewujudkan aspirasi tersebut serta baimana “reaksi” pemerintah Hindia Belanda menghadapinya.
Kekuatan lainya adalah buku ini dilengkapi oleh gambar-gambar.

Jumat, 20 Desember 2013

soal-soal Sejarah kurikulum 2013



Nama               :           Ni Putu Tika Indrayanti
Nim                  :           1114023002
Semester          :           V/A
MK                   :           Evaluasi Pendidikan


1.      Kompetensi Inti
KI.1     Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2.    Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli  (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3.          Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan  rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI4.     Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

2.      Kompetensi Dasar
1.      Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

3.      Indikator  :          
a.       Menjelaskan perkembangan kerajaan kerajaan zaman Hindu-Buddha di Indonesia.
b.      Menganalisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat zaman Hindu-Buddha.
c.       Menganalisis perkembangan hasil hasil kebudayaan zaman Hindu-Buddha.
d.      Menunjukkan bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Hindu-Buddha yang masih ada sampai sekarang.
Soal-soal:
*      Soal Objektif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memberikan tanda (x) pada huruf a, b, c, d, dan e sebagai jawan yang paling tepat!
1.      Batu bertulis yang merupakan tugu peringatan pada upacara kurban disebut …
a.       Menhir
b.      Punden berundak
c.       Yupa
d.      Dolmen
e.       Prasasti
2.      Mulawarman adalah raja termahsyur dari Kerajaan Kutai yang kepemimpinannya patut diteladani hingga saat ini. Mengapa demikian?
a. Mulawarman adalah raja yang tegas dan taat terhadap peraturan
b. Mulawarman mengeluarkan tugu peringatan (yupa) dari upacara kurban
c. .Mulawarman adalah keturunan dari penguasa lokal yang terkena pengaruh Hindu-Buddha
d. Mulawarman adalah raja yang membawa Kutai pada puncak zaman keemasan.
e.  a, b, c, d Benar

3.      Prasasti Kerajaan Tarumanegara yang didalamnya terdapat sepasang telapak kaki Raja Purnawarman disebut …
a.       Prasati Ciaruteun
b.      Prasasti Kebon Kopi
c.       Prasasti Jambu
d.      Prasasti Pasir Awi
e.       Prasasti Muara Cianten
4.      Kerajaan Kalingga atau Holing diperkirakan berdiri pada abad ke-7 – ke-9M yaitu di daerah …
a.       Kalimantan Timur
b.      Sumatra Timur
c.       Jawa Barat
d.      Jawa Tengah
e.       Jawa Timur
5.      Raja Sriwijaya yang memiliki hubungan keturunan dengan Dinasti Syailendra yang tertulis pada Prasasti Nalanda  adalah …
a.       Raja Samaratungga
b.      Raja Balaputradewa
c.       Sri Sudamaniwarmadewa
d.      Marawijayottunggawarman
e.       Raja Darmawangsa
6.      Dalam catatan perjalanan I-tsing, Kerajaan Sriwijaya dikatakan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara dan telah membangun jaringan pembelajaran agama Buddha hingga India. Bukti dari catatan I-tsing yang masih terlihat hingga saat ini adalah ….
a. adanya prasasti Nalanda di Universitas Nawa Nalanda di India
b. pernyataan Mohammad Yamin yang menyebut Sriwijaya sebagai Negara nasional pertama
c. dibangunnya sebuah pangkalan di daerah Ligor
d. Prasasti Kedukan Bukit yang menerangkan bahwa Dapunta Hyang telah mengadakan perjalanan suci.
e. pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra

7.      Setelah wafat Raja Sanjaya digantikan oleh putranya yang bernama …
a.       Rakai Pikatan
b.      Pramurdawardhani
c.       Samaratungga
d.      Rakai Panangkaran
e.       Raja Dyah Balitung
8.      Pada Prasasti kalasan yang berangka tahun 778 disebutkan bahwa Raja Panangkaran telah memberikan hadiah tanah dan merintahkan untuk membangun candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha, candi tersebut bernama …
a.       Candi Dieng
b.      Candi Kalasan
c.       Candi Mendut
d.      Candi Pawon
e.       Candi Borobudur
9.      Candi Borobudur merupakan candi Buddha yang dibangun pada tahun 824 M yaitu pada abad ke 9 oleh …
a.       Raja Samaratungga
b.      Raja Sanjaya
c.       Rakai Panangkaran
d.      Pramudawardhani
e.       Rakai Pikatan
10.  Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan, yaitu Kediri dan Janggala. Alasan Airlangga membagi kerajaan adalah….
a. adanya pertentangan di antara keluarga Mataram Kuno
b. kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan Gunung Merapi
c. mencegah terjadinya perang saudara diantara kedua putranya yang lahir dari
selir
d. Airlangga ingin mengundurkan diri dari tahta kerajaan
e. putrinya menolak menjadi raja dan memilih untuk menjadi seorang pertapa

Pedoman Penilaian
Jumlah Benar  x 10 = N

 



Kunci Jawaban
1. C                                         6. A
2. E                                          7. D
3. A                                         8. B
4. D                                         9. A
5. B                                         10. A

*      Soal Essay
Pedoman Penskoran :
Aspek
Skor
Jawaban Sempurna
5
Jawaban Kurang Sempurna
3
Jawaban Tidak Sempurna
1
SKOR MAKSIMAL
5

                              Skor perolehan
Nilai     =                                        X  100
                     Skor Maksimal (5)

Indikator Pencapaian Kompetensi
Tehnik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
1.      Menjelaskan perkembangan kerajaan kerajaan zaman Hindu-Buddha di Indonesia.
Tes Tertulis
Tes Uraian
1.      Jelaskanlah dimana letak dari Kerajaan Kutai yang merupakan Kerajaan bercoyang Hindu pertama di Indonesia?

2.      Menganalisis pemerintahan, kehidupan sosial ekonomi masyarakat zaman Hindu-Buddha.
Tes Tertulis
Tes Uraian
2.      Mengapa Ratu Sima dari Kerajaan Kalingga dikenal sebagai pemimpin wanita yang tegas?
3.      Jelaskanlah latar belakang penyebabkan Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyanawangsa?


3.      Menganalisis perkembangan hasil hasil kebudayaan zaman Hindu-Buddha.
Tes Tertulis
Tes Uraian
4.      Berikanlah contoh hasil kebudayaan pada masa Kerajaan Mataram Kuno?
4.      Menunjukkan bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Hindu-Buddha yang masih ada sampai sekarang.
Tes Tertulis
Tes Uraian
5.      Sebut dan berikan contoh bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Hindu-Buddha yang masih ada sampai sekrang?

KUNCI JAWABAN
No
Jawaban
1.
Kerajaan Kutai diperkirakan terletak di daerah Muarakaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan sungai yang cukup besar dan memiliki beberapa anak sungai. Daerah di sekitar tempat pertemuan antara Sungai Mahakam dengan anak sungainya diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu.
2.
Ia dikenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan sangat bijaksana. Hukum dilaksanakan
dengan tegas dan seadil-adilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan yang berlaku. Untuk mencoba kejujuran rakyatnya, Ratu Sima pernah mencobanya, dengan meletakkan pundipundi di tengah jalan. Ternyata sampai waktu yang lama tidak ada yang mengusik pundi-pundi itu. Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang sedang jalanjalan, menyentuh kantong pundi-pundi dengan kakinya Hal ini diketahui Ratu Sima. Anggota keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati. Akan tetapi atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegasdan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyatdan anggota kerabatnya sendiri.
3.
Alasan Mpu Sindok memindahkan Medang Mataram ke Jawa Timur adalah

1) untuk menghindari bahaya gunung berapi,
2) menjauhkan diri dari ancaman Sriwijaya, serta
3) tanah di Jawa Timur lebih subur untuk pertanian dan baik pula untuk perdagangan.

4.
Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara. Hasil budayanya berupa candi-candi, seperti Gedong Sanga dan Kompleks Candi Dieng. Sebaliknya, Dinasti Sailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan. Hasil budayanya , seperti Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
5.
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) / asrama / pasraman dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
Kepercayaan
3. Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Sistem Kalender
4. Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi
.